Bukti Obama Dukung SBY

Assalammualaikum...
Musim semi demokrasi di republik ini, kembali diembuskan Presiden SBY. Meski belum resmi ditetapkan sebagai pemenang Pilpres 2009, SBY sudah mendapat ucapan selamat dari Presiden AS, Barack Obama. Inilah isyarat paling jelas dan tegas dari Gedung Putih mendukung SBY sebagai Presiden Republik Indonesia kedua kalinya.

Orang nomor satu di AS itu mengaku terkesan dengan kemenangan SBY. Obama yang pernah menghabiskan masa kecilnya di Jakarta ini pun berharap agar kemenangan SBY menjadikan hubungan AS-Indonesia lebih erat lagi.

Obama melihat, rakyat Indonesia telah menggelar suatu pemilihan umum yang bebas dan fair pada 8 Juli dan Presiden Yudhoyono telah memenangkan pemilu itu dengan sangat mengesankan.
“Saya memberikan ucapan selamat secara pribadi kepada Presiden Yudhoyono dan menjelaskan hasrat Amerika untuk bekerjasama dengannya dan rakyat Indonesia pada tahun-tahun mendatang. Kita akan membangun hubungan yang lebih kuat di antara kedua negara,” kata Obama.

Sebelumnya, kubu SBY berusaha melobi agar Obama berkenan menelepon SBY guna memberikan ucapan selamat atas kemenangan dalam Pilpres 2009 ini. Sebab, sejumlah pemimpin negara sahabat sudah banyak yang memberi ucapan selamat. Peran dan posisi AS amat strategis bagi stabilitas dan integrasi nasional di Indonesia.

Dengan terpilihnya SBY yang sudah memperoleh ucapan selamat dari Obama itu, hubungan bilateral antara RI dan Amerika bisa menjadi semakin baik. Duta Besar AS untuk Jakarta, Cameron Hume, mengatakan bahwa saat ini saja relasi RI-Amerika sudah sangat baik, dan diharapkan akan menjadi lebih baik lagi.

Hume menambahkan bahwa ada kesempatan yang sangat baik bagi RI dan Amerika untuk meningkatkan kerjasama dalam berbagai bidang, antara lain pendidikan, lingkungan hidup, serta demokrasi dan HAM. Hume mengatakan bahwa kedua pihak bisa saling berbagi pengalaman, saling belajar, dan bekerjasama.

Saat ini AS masih menempatkan Indonesia sebagai negara yang termasuk dalam daftar negara yang diawasi, meskipun tidak diawasi dengan perlakuan khusus. Hal ini berhubungan dengan kebijakan pemerintah AS yang memerangi terorisme internasional.
Sudah tentu sikap AS ini dirasa tidak tepat, dikarenakan Indonesia juga bertekad untuk memerangi terorisme, yang ditunjukkan dengan kinerja pemerintah dan aparat kepolisian yang benar-benar gigih dalam membrantas terorisme.

Kunjungan (mantan) Presiden Bush ke Indonesia pada 20 November 2006 lalu, juga tidak lepas dari kekhawatiran AS terhadap adanya ancaman musuh baru. Hal ini dapat kita jadikan sebagai bahan pelajaran yang berharga.

AS merasa ada musuh baru di Asia. AS merasa dominasinya di Asia terancam dengan kehadiran Cina. AS sebagai negara yang memiliki perusahaan minyak dan gas alam, tidak ingin dominasinya diambil oleh Cina.

Sebenarnya, AS tidak perlu menyempatkan datang ke Indonesia setelah menghadiri APEC di Vietnam, jika saja SBY tidak lebih dulu datang ke Cina untuk membicarakan pengelolaan blok Natuna. AS menganggap, Indonesia sudah cukup dikuasai oleh Exxon di blok Cepu, namun ternyata masih ada lagi pesaing tender, terlebih dari Cina, raksasa komunisme pro-pasar.

Sehingga kita berharap agar terpilihnya kembali SBY dapat dijadikan sebagai landasan baru dalam menjalin hubungan diplomatik yang sehat, tanpa harus ikut campur dalam urusan kebijakan pemerintah masing-masing.

Kini, terbukti setelah dilobi oleh kubu SBY, akhirnya Presiden AS Barack Obama memberikan selamat atas kemenangan sementara SBY pada Pilpres 2009. Bahkan kubu Demokrat menilai, Obama merasa terkesan, karena kalah dahsyat dari SBY.

“Obama itu terkesan karena SBY lebih dahsyat darinya. Obama hanya melawan satu kandidat, suaranya tidak mencapai 60%. Tapi SBY yang melawan dua kandidat bisa mendapat suara lebih 60%,” ujar Wakil Ketua Umum Partai Demokrat Achmad Mubarok.

Mubarok mengatakan, fenomena kemenangan Obama pada pilpres di Amerika dan SBY di pilpres Indonesia memiliki kesamaan. Yakni, keduanya sama-sama menggunakan soft power dalam melakukan setiap pendekatan politik.