Wednesday, July 1, 2009

Kau Tak Akan Tahu…

Pada suatu ketika, seekor induk elang tengah mengerami telur-
telurnya. Setiap pagi elang jantan datang membawa makanan untuk
induk elang. Akhirnya, di satu pagi musim dingin telur-telur mulai
menetas. Ada 3 anak elang yang nampak kuat berdiri.
Waktu berjalan terus, hari berganti hari. Anak-anak elang yang
berbentuk jelek karena tak berbulu, kini mulai menampakkan
keasliannya. Bulu-bulu halus mulai menutupi daging di tubuh masing-
masing. Kaki kecil anak-anak elang sudah mampu berdiri tegak. Walau
kedua sayapnya belum tumbuh sempurna.
Induk elang dan elang jantan, bergantian menjaga sarang. Memastikan
tak ada ular yang mengincar anak-anak elang dan memastikan anak-anak
elang tak jatuh dari sarang yang berada di ketinggian pohon.
Suatu pagi, saat induk elang akan mencari makan dan bergantian
dengan elang jantan menjaga sarang. Salah seekor anak elang bertanya:
"Kapankah aku bisa terbang seperti ayah dan ibu?"
Induk elang dan elang jantan tersenyum, bertukar pandang lalu elang
jantan berkata: "Waktunya akan tiba, anakku. Jadi sebelum waktu itu
tiba, makanlah yang banyak dan pastikan tubuhmu sehat serta kuat".
Usai sang elang jantan berkata, induk elang merentangkan sayapnya
lalu mengepakkan kuat-kuat.
Hanya dalam hitungan yang cepat, induk elang tampak menjauhi sarang.
Terlihat bagai sebilah papan berawarna coklat melayang di awan. Anak-
anak elang, masuk di bawah sayap elang jantan. Mencari kehangatan
kasih sang jantan.
Waktu berjalan terus, musim telah berganti dari musim dingin ke
musim semi. Seluruh permukaan pulau mulai menampakan warna-warni
dedaunan. Bahkan sinar mentari memberi sentuhan warna yang indah.
Anak-anak elang pun sudah semakin besar dan sayapnya mulai ditumbuhi
bulu-bulu kasar. Suatu ketika seeor anak elang berdiri di tepi
sarang, ketika ada angin kencang, kakinya tak kuat mencengkram tepi
sarang sehingga ia meluncur ke bawah. Induk elang langsung
merentangkan sayang dan mendekati sang anak seraya
berkata: "Rentangkan dan kepakan sayapmu kuat-kuat!"
Tapi rasa takut dan panik menguasai si anak elang karenanya ia tak
mendengar apa yang dikatakan ibunya. Elang jantan menukik cepat dari
jauh dan membiarkan sayapnya terentang tepat sebelum si anak
mendarat di tanah. Sayap elang jantan menjadi alas pendaratan
darurat si anak elang.
Si anak elang yang masih diliputi rasa panik dan takut tak mampu
bergerak. Tubuhnya bergetar hebat. Induk elang, dengan kasih memeluk
sang anak. Menyelipkan di bawah sayapnya dan memberikan kehangatan.
Sesudah si anak tenang dan tak gemetar, induk elang dan elang jantan
membawa si anak kembali ke sarang.
Peristiwa itu menimbulkan rasa trauma pada si anak elang. Jangankan
berlatih terbang dengan merentangkan dan mengepakkan sayap. Berdiri
di tepi sarang saja ia sangat takut. Kedua saudaranya sudah mulai
terbang dalam jarak pendek. Hal pertama yang diajarkan induk dan
elang dan elang jantan adalah berusaha agar tidak mendarat keras di
dataran.
Lama berselang setelah melihat e dua saudaranya berlatih, si elang
yang pernah jatuh bertanya pada ibunya:
"Adakah jaminan aku tidak akan jatuh lagi?"
"Selama aku dan ayahmu ada, kamilah jaminanmu!" jawab si induk elang
dengan penuh kasih.
"Tapi aku takut!' ujar si anak
"Kami tahu, karenanya kami ta memaksa." Jawab si induk elang lagi.
"Lalu apa yang harus kulakukan agar aku beraai?" tanya si anak
"Untuk berani, kamu harus menghilangkan rasa takut!"
"Bagaimana caranya?"
"Percayalah pada kami!" Ujar elang jantan yang tiba-tiba sudah
berada di tepi sarang.
Si anak diam dan hanya memandang jauh ke tengah lautan. Tiba-tiba si
anak elang bertanya lagi.
"Menurut ibu dan ayah, apakah aku mampu terbang keseberang lautan?"
Dengan tenang si elang jantan berkata: "Anakku kalau kau tak pernah
merentangkan dan mengepakkan sayapmu, kami tidak pernah tahu, apakah
kamu mampu atau tidak. Karena yang tahu hanya dirimu sendiri!"
Lalu si induk elang menambahkan: "Mulailah dari sekarang, karena
langkah kecilmu akan menjadi awal perubahan hidupmu. Semua perubahan
di mulai dari langkah awal, anakku!"
Si anak elang diam tertegun, memandang takjub pada induk elang dan
elang jantan. Kini ia sadar, tak ada yang tahu kemampuan dirinya
selain dirinya sendiri. Kedua orang tuanya hanya memberikan jaminan
mereka ada dan selalu ada, jika si anak memerlukan.
Didorong rasa bahagia akan cinta kasih orang tuanya, si elang kecil
berjanji akan berlatih dan mencoba. Ketika akhirnya ia menggantikan
elang jantan menjadi pemimpin keselamatan kelompoknya, maka tahulah ia, bahwa kesuksesan yang diraihnya adalah di
mulai saat tekad terbangun untuk melangkah. Sukses itu tak pernah
ada kalau hanya sebatas tekad. Tapi tekad itu harus diwujudan dengan
tindakan nyata walau di mulai dari langkah yang kecil.


Teman…
kadangkala, mungkin sering kita merasa takut untuk memulai suatu
pekerjaan, terbayang sudah kesulitan dan halangan yang mungkin akan
dihadapi apalagi kalau sudah pernah merasakan kegagalan. namun kalau
hanya terpaku saja tidak akan menghasilkan apa-apa dan selamanya
hanya akan terpaku dan terpuruk ...
bukankah Allah tidak akan merubah nasib/keadaan suatu kaum jika kaum
tersebut tidak berusaha merubah nasibnya sendiri, temans....kita
tidak akan pernah mencapai garis finish jika kita tidak mulai
melangkah dari garis start
yakinlah bahwa segala kesulitan, halangan dan rintangan yang
menghadang dan akan dihadapi itu akan membuat sayap-sayapmu lebih
kuat untuk terbang lebih tinggi dan menghalau angin yang menerpa
dan jika kau hanya diam dan membayangkan apa yg akan terjadi..... ..
pecayalah, kau tidak akan pernah tau!
Jadi...mulailah rentangkan dan kepakkan sayap kemampuanmu, maka
dunia ada digenggamanmu!

Comments :

0 komentar to “Kau Tak Akan Tahu…”

Post a Comment

 

Copyright © 2009 by Barokah Blog